Page 25 - Demo
P. 25


                                     The Great Vol. 6 /No.2/2024 23keajaiban yang selama ini disematkan dalam diri. Bahwa perempuan itu lemah, tidak cakap menjadi pemimpin, emosional dan sulit mengendalikan diri atau mengambil keputusan penting yang membutuhkan ketenangan. Paradigma ini akhirnya melekat menjadi sebuah standar hingga munculnya idiom bahwa wanita tidak layak memimpin dan harusnya ia dipimpin oleh laki-laki yang memang sudah ditakdirkan memiliki sisi maskulin dan kecakapan secara leadership. Tak hanya itu, ada juga yang beranggapan bahwa menjadi miskin sudah nasib dan orang miskin tidak boleh memiliki mimpi yang lebih tinggi, dan perguruan tinggi hanya berhak dirasakan oleh anak-anak cerdas, berprestasi dan keluarga mapan. Padahal hak mendapatkan pendidikan adalah hak setiap anak yang sudah diatur oleh undang-undang tanpa ada membedakan srata sosial. Ada juga yang beranggapan mimpi terlalu tinggi bisa menyebabkan halusinasi atau gangguan delusi, sehingga manusia memadakam %u2018api impian%u2019 didalam imajinasinya. Padahal impian ini adalah kekuatan dari HOPE (harapan) yang membuat orang sakit bersemangat untuk sembuh, anak bodoh semangat belajar menjadi cerdas, orang introvert bersemangat berevolusi lebih berani tampil didepan publik. Namun keadaan yang dimiliki saat ini membuat kita menghapus semua daftar imajinasi dalam otak yang harusnya menjadi sebuah gambaran siapa diri kita di masa depan. Kegagalan Dilabeli Buruk Pernahkah kamu memiliki sebuah impian besar namun Tuhan belum mentakdirkan kamu untuk meraihnya bahkan membawamu semakin jauh dari jalan yang kamu mau? Jika iya, kamu merasa Tuhan tidak adil padahal kamu sudah mengerahkan semua resource yang ada didalam diri kamu sebagai cara menuju apa yang kamu anggap sukses. Akhirnya kamu kehilangan semangat, depresi dan menyesali bahwa ini ketidakadilan yang harus kamu terima. Atau saat kamu merancangkan hal-hal besar jauh hari, dan hal itu tidak terjadi. Kamu menjadi marah dan kecewa. Begitu juga ketika kamu merasa bahwa dunia ini penuh dengan kegagalan, maka sudah pasti kamu tidak bisa lagi melihat hal indah dalam hidup ini yang bisa saja nilainya jauh lebih besar dari kegagalan yang kamu tangisi. Mengapa kita senang menghujat kegagalan dan merasa ia tak layak disandingkan? Padahal kesuksesan baru ada jika ia disandingkan dengan kegagalan. Dalam memaknai kegagalan kita sering menjadikan ia sebagai pelampiasan, padahal bisa saja upaya yang kita lakukan belum maksimal, kita gagal memahami apa itu proses dan mundur sebelum sampai garis finish. Tak hanya itu, kita juga kerap melakukan %u2018blamming%u2019 atau kambing hitam dengan menyematkan pada individu atau peristiwa tertentu yang menjadi traumatik dalam menyikapi kegagalan. Ada tangisan, kecewa, marah dan ledakan emosi menolak bahwa gagal itu tak pantas dirasakan. Kamu terpuruk dan tenggelam didalamnya hingga lupa menyelami samudra bahagia yang datang dalam bentuk lain. Ubah Paradigma GagalKita tidak pernah bisa mempersiapkan diri untuk gagal, tapi kita mampu merubah definisi gagal dalam konteks lain. Yakni gagal adalah proses pertumbuhan jiwa untuk membuatmu bertumbuh menjadi indivdu yang lebih baik. Mengasah dan mengembangkan kemampuan dengan lebih banyak berlatih, berguru kepada yang lebih ahli di bidangnya, belajar memahami hidup bukan kalkulasi untung atau rugi, memperluas jaringan dan pergaulan bergaul dengan orang-orang yang berkualitas dan penuh dengan energi positif, menghilangkan segala iri dengki dari dalam diri, membantu orang memberi kemudahan dan kemudahan itu akan kembali padamu, melihat orang yang lebih hebat darimu bukan sebagai kompetitor tapi sebagai mitra untuk kamu bisa bertumbuh menjadi lebih baik, menghapus kata kompetisi dan persaingan dalam hal apapun, dan menebarkan vibrasi positif ketulusan dan welas asih. Jika ini sudah kamu capai, maka gagal atau berhasil tidak lagi menjadi standar sukses. Namun kamu akan masuk dalam level sudah melakukan proses yang seharusnya dan hasil final adalah keputusan Tuhan. 
                                
   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29