Page 70 - Demo
P. 70
68 The Great Vol. 4 /No. 1/2023merayap dan kepalanya menoleh pada Yanto. Namun tidak sendiri, setiap sudut ada makhluk yang sama. Posisi merayap juga. Disamping komputer, duduk seorang nenek. Wajahnya hitam, rambut putih berantakan, wajahnya tak jelas hanya itu yang terekam. Memakai kebaya putih setelah itu plak%u2026.Ides menepuk pundak Yanto. Tepatnya memukul. Cukup keras membuat Yanto terhuyung ke depan. %u201cHei Bocah, kenapa mematung disini. Dipanggil tak dengar-dengar%u201d sungut Ides seraya melangkahkan kaki memasuki ruangan tersebut. Yanto menarik tangan Ides. Namun Ides membatu. Tak bergerak. Yanto berteriak memanggil Ides dan menarik tangannya sekuat tenaga. Namun semakin kuat Yanto menarik Ides, semakin kuat juga tangan-tangan kecil menggarayangi badan Yanto. Seisi ruangan menertawakan dirinya yang terlihat pucat pasi. Tatapan mereka hendak menerkam dan mengunyah mereka berdua hidup-hidup. Mereka terganggu dengan kehadiran Yanto dan Ides. Hanya menoleh sekilas, makhluk tersebut melanjutkan kegiatan mereka. Jelas terlihat oleh Yanto, ada makhluk yang merayap, sepertinya mereka sedang tanding. Nenek berkebaya putih wajah hitam yang buram memandang monitor komputer. Terkadang marah dan terkadang tertawa terbahak-bahak. Makhluk besar disudut ruangan sedang makan. Entah apa yang dimakannya. Tanganya berlumuran darah. Menjijikkan sekali. Makhluk seperti perempuan yang tertunduk, rambut panjang. Namun tatapanya menembus jantung Yanto. Bergidik ketakutan. Makhluk itu mengirimkan sinyal ancaman. Dia marah. Wajahnya tak terlihat namun terasa sangat menyeramkan. %u201cHei, perempuan. Maju kesini%u201d suara dari ujung memerintahkan Ides melangkah kearahnya. Yanto masih menggengam tangan Ides. Ides menarik tangannya, namun Yanto mengunci kuat tangan tersebut. %u201cYanto, lepaskan sakit%u201d %u201cDes, sadar%u201d%u201cSadar apa Yantoooooooooo, tangan aku lepaskan. Sakit%u201dIdes menarik rambut Yanto dengan satu tangannya. Menguncang kepala, agar Yanto cepat sadar.Beberapa detik kemudian Yanto terperanjat, meringis sakit.Dia melepaskan tangan Ides, dan mundur selangkah. Dia hendak menutup pintu ruangan tersebut dan Ides mundur juga. Seketika tangan Ides cepat mengunci kembali ruangan tersebut. Mereka berjalan arah taman. Diam. Setelah duduk ditaman, seketika nafas berat mereka terdengar satu sama lain. %u201cApa yang kamu lihat tadi Yanto?%u201d%u201cEntahlah%u201d%u201cTangan kamu menggengam kuat, kamu diam bak patung. Aku panggil tapi tak respon?%u201d%u201cApa yang kamu lihat tadi Yanto?%u201d%u201cEntahlah%u201d%u201cTadi kamu marah-marah, menyuruh keluar. Tawamu melengking. Siapa yang kamu suruh keluar?%u201d%u201cEntahlah, Des besok ku tak kerja disini lagi%u201d Ucap Yanto sembari berdiri dan melangkah pergi. %u201cYanto, tunggu%u201d teriak IdesNamun Yanto mempercepat langkah kakinya. Dia tak menoleh. (DIL)